Senin, 07 Juni 2010

Kemana arah SMU Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional


Tahun ajaran baru datang, orang tua pun sibuk mencari sekolah terbaik untuk anak-anaknya, perubahan aturan pemerintah terhadap para lulusan pun diberlakukan, dan keresahan pun timbul dimana-mana. Anak-anak yang menghadapi ujian tegang, orang tua nya lebih stress dan tegang dua kali lipat melihat anak-anak harus melalui tahapan-tahapan ujian yang terus menerus. Detik-detik mencari sekolah merupakan detik-detik yang menegangkan hati para orang tua. Takut tidak diterima disekolah negeri yang terbaik selekas mungkin mendaftarkan anaknya ke sekolah swasta yang terbaik sebagai cadangan.

Tahun ajaran 2009-2010 adalah awal gebrakan beberapa sekolah berstatus Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional menaikkan standard uang masuk, Hampir semua RSBI menetapkan biaya masuk sekitar 10 Juta beberapa diantaranya yang telah lebih dahulu memiliki kelas khusus Internasional malah diatas 10 juta. Beberapa sekolah RSBI yang memiliki kelas khusus Internasional, untuk bisa mengikuti kelas Internasional tersebut harus mengeluarkan biaya diatas 25 Juta. Bisa dibayangkan siapa saja kah yang sanggup membayar biaya pendidikan yang begitu tinggi.

Biaya sekolah yang begitu tinggi apakah juga dibarengi dengan kualitas belajar mengajar yang seimbang. Banyaknya anak yang tidak lulus UN Tahun 2010 termasuk dari sekolah SMU berstatus RSBI seharusnya membuat kita bertanya-tanya, sudahkah sekolah-sekolah SMU tersebut benar-benar mampu menjembatani antara kualitas pendidikan sesuai standard dep pendidikan nas dengan kualitas yang harus diperoleh anak-anak kita disekolah dengan biaya yang harus kita keluarkan. Mahalnya biaya uang masuk SMU seharusnya membuat pihak sekolah dari segala aspek meningkatkan kualitas pendidikan yang diterima anak-anak didik nya sehingga para orang tua tidak perlu terlalu stress ketika anak-anak menghadapi ujian.

Sekolah dan orang tua merupakan dua aspek yang sangat menentukan keberhasilan seorang anak sampai ke jenjang tinggi tingkat pendidikan yang diinginkannya. Orang tua dan pihak sekolah harus saling membuka komunikasi yang intens tehadap perkembangan anak-anak disekolah. Seringkali anak-anak yang begitu manis dirumah ketika di luar rumah meluapkan segala tekanan yang diperoleh nya di rumah. Pengaruh lingkungan pergaulan anak-anak harus menjadi pertimbangan para orang tua agar anak-anak tetap berada dalam koridor aturan kehidupan yang terbaik. Biaya masuk sekolah yang tinggi harus diimbangi dengan fasilitas pelayanan komunikasi yang lebih baik antara pihak sekolah dan para orang tua murid. Perkembangan prestasi belajar anak seharusnya selalu harus diutamakan dalam komunikasi antara pihak sekolah dan orang tua siswa peserta didik secara teratur.

Setiap orang tua mengharapkan anaknya mendapatkan fasilitas pendidikan yang terbaik. RSBI menjadi salah satu harapan para orang tua agar anak-anaknya bisa mendapatkan pendidikan yang layak bertaraf Internasional tanpa harus menyekolahkan anak-anaknya keluar negeri.

Para orang tua yang berkeinginan anaknya kelak dapat diterima di sekolah RSBI, tidak cukup
berkeinginan, keberhasilan anak-anak tidak begitu saja datang proses sejak anak-anak berada ditingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama dengan membangun sikap sadar belajar dan berprestasi menjadi terbaik tanpa beban, akan sangat membantu anak-anak mencapai prestasi terbaik, sehingga mampu menjalani pendidikan di RSBI ditahap SMU.

Banyak orang bertanya-tanya apa sih beda RSBI dengan sekolah SMU biasa (regular) Selain manajemennya telah memperoleh penghargaan ISO, Proses belajar mengajar bilingual terutama untuk mata pelajaran tertentu Fisika, Kimia, Matematika, Biologi, fasilitas perpustakaan standard Internasional, fasilitas laboratoriun yang lengkap termasuk lab komputer, membangun hubungan dengan sekolah bertaraf internasional di Luar negeri atau Sister school, Sekolah Bertaraf Internasional adalah sekolah yang sudah memenuhi seluruh Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan diperkaya dengan mengacu pada standar pendidikan salah satu negara anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) dan/atau negara maju lainnya yang mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan sehingga memiliki daya saing di forum Internasional. Lulusan sekolah bertaraf internasional diharapkan dapat: (1) melanjutkan pendidikan pada satuan pendidikan yang bertaraf inernasional, baik di dalam maupun di luar negeri, (2) mengikuti sertifikasi bertaraf internasional yang diselenggarakan oleh salah satu negara OECD, (3) meraih medali tingkat internasional pada berbagai kompetisi sains, matematika, teknologi, seni dan budaya, dan (4) bekerja pada lembaga-lembaga internasional dan/atau negara-negara lain.

Tahun ajaran 2009-2010 beberapa RSBI menentukan rate pasing grade nilai UN melalui PSB online 8,88 – 9,8 Siswa yang bernilai rata-rata dibawah nilai tersebut walau pun hanya beda 0,01 akan putus harapannya bisa diterima disekolah dengan status RSBI. Tahun 2010, 13 (10 SMU Negeri dan 3 SMU Swasta) Sekolah RSBI di Jakarta membuka jalur mandiri dengan beberapa tahapan test, dan diakhiri dengan wawancara orang tua dengan pihak sekolah. Beberapa sekolah menyisakan hanya 2-3 kelas regular.

Berbagai pendapat pro dan kontra pun mulai bermunculan di tengah masyarakat dunia pendidikan terutama dalam surat kabar pikiran rakyat tanggal 28 Januari 2010 Guru Besar Universitas Negeri Jakarta sekaligus Ketua Harian Komnas Indonesia untuk UNESCO Prof. Dr. H. Arief Rachman, M.Pd., di Bandung, Senin (25/1). Dia mengatakan, terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi sekolah agar bisa berstandar internasional. Di antaranya adalah bilingual, memiliki fasilitas yang mumpuni seperti laboratorium, dan partnership dengan kegiatan internasional.Namun dalam perjalanannya, kata dia, SBI cenderung marketable. "Akhirnya sebelum proses itu dicapai, tiba-tiba ada sekolah yang mengaku sudah berstandar internasional," ujarnya.

Menurut dia, hal itu bisa jadi disebabkan karena proses sekolah untuk menjadi standar internasional tersebut cenderung sangat mudah. Untuk itu, dia mendukung bila ada SBI yang diturunkan levelnya karena tidak mampu mempertahankan mutu. Hal itu dilakukan untuk mencegah adanya penyalahgunaan sekolah sebagai ajang bisnis.Sementara itu, Ketua Lembaga Advokasi Pendidikan Kota Bandung Dan Satriana mengatakan, pendekatan SBI sebaiknya memang dilakukan oleh swasta. Sementara pemerintah, sebaiknya fokus untuk memberikan layanan pada masyarakat dengan memberikan layanan pendidikan yang memenuhi standar minimum. Hal itu sesuai dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Dengan adanya penerapan SBI, kata Dan, pemerintah dinilai sudah melalukan diskriminasi layanan publik tersebut, bahkan diskriminasi tersebut tidak hanya terjadi antar sekolah, melainkan juga antar kelas. Pasalnya, dalam SBI kebanyakan yang berstandar internasional hanya sebagian kelas saja.

Berbeda pendapat dengan seorang kepala sekolah dari salah satu sekolah yang telah memperoleh status RSBI di harian yang sama Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandung Jumdiat Marzuki mengatakan, dirinya tidak menyetujui bila Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI) di identikkan dengan penyimpangan pendidikan ke arah komersialisasi. Pasalnya, lebih tingginya biaya yang dikeluarkan orang tua dibandingkan dengan sekolah lainnya merupakan konsekuensi dari kelebihan yang ada di RSBI. Selain itu, segala biaya yang dikeluarkan oleh orang tua telah melalui proses musyawarah terlebih dahulu. "Kami juga tetap berpihak pada anak anak yang tidak mampu," ujar Jumdiat di Bandung, Rabu (27/1).Dia mengatakan, mutu RSBI juga tetap dipertahankan oleh sekolah tersebut. Untuk itu, pada dasarnya dia menyetujui bila saat ini ada RSBI yang diturunkan levelnya karena tidak bisa mempertahankan mutu.

Pilihan sekarang berada di pihak orang tua sejak anak-anak berada di tingkat pendidikan dasar, pola belajar sudah mulai harus dibentuk dengan sangat hati-hati, kemana sebenarnya anak-anak ingin kita arahkan tetap menyekolahkan anak-anak di dalam negeri sajakah atau berminat ingin menyekolahkan anak keluar negeri kelak. SMU adalah jenjang penentuan yang terberat, tahapan pendidikan yang sangat menentukan masa depan anak-anak kita. Tidak cukup orang tua saja yang berkeinginan tapi keinginan anak juga perlu diarahkan sejak dini, membangun imajinasi anak untuk bercita-cita tinggi dan senantiasa berani berpikir besar. Membangun motivasi anak agar belajar lebih serius Diciplin, concentrate, consistence, commit dan focus adalah mata rantai yang akan menjembatani keberhasilan anak-anak dalam proses pendidikan ke jenjang yang diinginkan orang tua.

RSBI bagi banyak orang tua menjadi harapan bahwa kualitas pendidikan anak-anak menjadi semakin baik tanpa harus iri ke pada mereka-mereka yang mampu menyekolahkan anaknya keluar negeri. Mahal atau murah adalah resiko yang harus dipikul orang tua. Tetapi ujung tombaknya tetap di tangan anak-anak. Orang tua dan anak harus menjadi tim yang solid, usaha memotivasi anak sejak dini adalah tanggung jawab orang tua agar anak-anak berhasil melalui berbagai tahapan ujian di setiap strata pendidikan.

Pro dan kontra yang berkaitan dengan RSBI akan tetap ada, tetapi selama Sekolah-sekolah tersebut dihadapan masyarakat mampu menunjukkan kualitas hasil lulusannya ditingkat nasional dan Internasional dengan sendirinya keberpihakan kepada RSBI akan semakin luas. Dukungan akan selalu datang dari pihak masyarakat. Pendidikan memang tidak murah walaupun demikian tetap masih banyak pilihan dan jalan untuk mencapai cita-cita.